Rangkuman Kuliah Studi Islam 3
Integrasi dan Keilmuan
" Sains dan Teknologi "
A.
Batasan
Sains dan Teknologi
Ilmu
pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan
segala isinya. Menurut Baiquni (1996), sains adalah himpunan pengetahuan
manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar. Konsensus
yaitu kesepakatan pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil
analisis yang kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh dari
observasi gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi
ilmu kehidupan (life sciences), yaitu
ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical sciences) yaitu ilmu
pengetahuan mengenai benda mati di alam.
Sedangkan
teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu
tujuan, atau menurut istilah Baiquni (1996), yaitu himpunan pengetahuan manusia
tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains
dalam kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi mempunyai 4
(empat) bentuk, yaitu technoware,
humanware, inforware dan orgaware.
Technoware adalah teknologi dalam
bentuk barang. Humanware adalah
teknologi dalam bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, intuisi dan lain-lain. Inforware adalah teknologi dalam bentuk informasi seperti teori,
jurnal profesi, buku-buku iptek, dan lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan
untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.
B.
Sunnatullah
Adapun
hukum/aturan Allah (Sunnatullah) dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu :
Pertama,
ayat qauliyah adalah hokum Allah yang tertulis atau diwahyukan (tersurat).
Secara khusus, hokum Allah ini diberikan melalui jalan resmi. Artinya, secara
langsung Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul. Ayat qauliyah ini terhimpun
dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Karena ayat qauliyah ini merupakan informasi
yang datangnya langsung dari Allah SWT. Melalui malaikat Jibril dan diwahyukan
kepada para Rasul, maka ayat ini merupakan system/konsep bagi kehidupan
manusia. Kebenaran sunnatullah bersifat kualitatif dan dedukatif. Artinya,
secara kualitas dan secara lengkap ayat qauliyah ini benar, dibuktikan atau
tidak kebenarannya mutlak. Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia terhadap
ayat qauliyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu yang
disebut ‘ulum naqliyah atau ‘ulum syar’iyah; seperti ‘ulumul-Qur’an, ‘ulum al-Hadist, usul fiqh,
sirah al-Nabawiyah, dan sebagainya.
Kedua,
ayat kauniayah adalah hokum Allah yang tidak tertulis atau tidak diwahyukan
(tersirat). Secara umum, hokum Allah ini diberikan melalui jalan yang tidak
resmi. Allah memberikan ilham kepada manusia secara inderawi atau lewat
penelitian dan observasi (al-mubasyirah)
untuk mengungkap gejala-gejala/fenomena kauniyah. Fenomena kauniyah ini
terdapat di alam semesta, baik dari benda mati (abiotik) seperti: tanah, air,
benda angkasa, dan lain-lain. Dan makhluk hidup (biotik) seperti: manusia dan
binatang. Ayat kauniyah ini hanya merupakan sarana bagi kehidupan manusia (wasail al-hayah). Karena didapatkan
melalui penelitian dan observasi, maka kebenarannya bersifat kuantitatif dan
induktif. Artinya, kebenarannya tidak lengkap dan relatif, dapat berubah-ubah
tergantung kuantitas/banyaknya data dan fakta yang mendukung. Oleh karena itu
kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu secara empiris dan observatif dengan
percobaan-percobaan laboratories. Kebenaran hokum Allah ini bersifat praktis (al-haqiqah al-tajribiyah).
C.
Landasan
Filosofik dalam Ber-Iptek
Al-Qur’an
adalah firman Allah yang diturunkan kepada sebagai petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa. Al-Qur’an juga merupakan produk iptek Allah yang diturunkan
kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur riset yang perlu
ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Disini fungsi Al-Qur’an
sebagai hudan memberikan kecerahan
pada akal manusia, sehingga manusia merasa lapang dihadapan Allah yang Maha
Luas. Kebenaran hasil riset ini dapat diukur dari kesesuaian antara akal dengan
naql. Kerja akal yang sesuai dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah
kepada Allah SWT dan sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti umum
yang memiliki nilai yang sangat besar.
Oleh
karena itu, usaha terus menerus untuk mengkaji al-Qur’an perlu dilakukan dan
bahkan hukumnya menjadi fardlu’ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset
terhadap alam semesta, menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari
orang-orang yang taat kepada tata tertib al-Qur’an. Sedangkan teknologi dalam
Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai alat yang dipergunakan untuk
meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyal
informasi yang diperoleh. Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu kepada
orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga baginya benar-benar
bahwa Allah itu Maha Besar, dan sebaliknya manusia merupakan makhluk yang amat
kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia
sebagai khlaifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan bumi dan
mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi.
D.
Ayat-ayat
Qauliyah dan Kauniyah
1. Ayat/Fenomena
Kauniyah
Dari
hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus hidrologi”
atau sirkulasi air (hydrologic Cycle). Siklus hidrologi adalah sirkulasi air
yang terjadi akibat radiasi/panas matahari, sehingga air yang berada di laut,
sungai, danau dan tanah mengalami penguapan ke udara (evaporation), dan juga
air pada tumbuh-tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transipiration),
sehingga dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uap air tersebut pada ketinggian
tertentu menjadi dingin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat angin,
berkumpulah awan dengan ukuran tertentu dan terbentuk awan hujan, karena
pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan (presipiration).
Beberapa
air hujan ada yang mengalir di atas permukaan tanah sebagai aliran limpasan
(overland flow) dan ada yang terserap ke dalam tanah (infiltration). Aliran
limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan (depression storage).
Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi limpasan-permukaan
(surface runoff) yang selanjutnya mengalir ke laut. Sedangkan air yang
terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat
mengalir lateral dilapisan tidak kenyang air (unsaturated Zone) sebagai aliran
antara (subsurface flow/interflow). Sebagian yang lain mengalir vertical yang
disebut dengan “perkolasi” (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air
(saturated zone/aquifer). Air dalam akifer ini akan mengalir sebagai air tanah
(groundwater flow/base flow) ke sungai atau ketampungan dalam (deep storage).
Siklus hidrologi ini terjadi terus menerus atau berulang-ulang dan tidak
terputus.
2. Ayat/fenomena
Qauliyah
Pada
“siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling berkaitan, yaitu
:
a. Hujan/presipitasi
b. Penguapan/evaporasi
c. Infiltrasi
dan perkolasi (peresapan)
d. Limpasan
permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface rzrnoff)
Dengan
demikian bahwa kajian ayat-ayat qauliyah di atas meliputi adanya empat proses
yang saling berhubungan dan mengikuti suatu sunnatullah “daur” yang terus
menerus tidak terputus, seperti lingkaran setan yang disebut sebagai “siklus
hidrologi”.
E.
Konsepsi
Tentang Alam Semesta
Isac
Newton seorang ahli fisika mempunyai konsepsi tentang alam semesta, yaitu bahwa
jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga; sebab kalau ia
terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik
gravitasi dari satu sisi saja, yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga lama
kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut.
Karena kecenderungan semacam itu tidak pernah tampak pada pengamatan, maka
orang berkesimpulan bahwa ala mini tidak terbatas.
Kalau
kita bandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam semesta itu dengan ajaran
al-Qur’an, kita dapatka dalam surat al-Anbiya (21) ayat 30. Keterpaduan ruang
dan materi yang dinyaakan pada ayat tersebut, hanya daoat kita fahami jika
keduanya berada disuatu titik, titik singularitas yang merupakan volume yang
berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi dalam suatu ledakan
dahsyat atau “dentuman besar” yang melontarkan materi keseluruh penjuru ruang
alam yang berkembang dengan sangat cepat sehingga tercipta “universum yang
berekspans”.
F.
Kemunduran
Umat Islam dalam pengembangan Iptek
1. Aspek
Sejarah
Jika
dilihat dari sejarah, sebenarnya peranan umat Islam dahulu begitu tinggi di
dalam pengembangan sains dan teknologi. Namun pihak muslim sudah ketinggalan
jauh dari Dunia Barat, ditunjukkan ketika adanya alih sains dan teknologi
peradaban barat sehingga pihak muslim merasa tidak guna lagi untuk mempelajari
ilmu pengetahuan Barat. Adanya serbuan Mongol atas Baghdad yang membakar
beberapa perpustakaan, menambha kemerosotan kegiatan intelektual, moralpun
runtuh sehingga runtuhlah peradaban dan ilmu pengetahuan di kalangan umat
Islam.
2. Aspek
Kekinian
Ada
beberapa kendala yang menghambat perkembangan dunia sains dan teknologi di
kalangan umat Islam sekarang ini, diantaranya adalah mereka lalai dan
mengabaikan dalam memahami serta mengamalkan ajaran Islam, sementara ajaran
Islam sendiri sebenarnya menganjurkan umatnya untuk menguasai Iptek.
3. Solusinya
a. Mengatasi
factor internal, yaitu dengan:
1) Mengkaji,
memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebagai pegangan dan
manhaj Islami.
2) Mencari
ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya
3) Menggalang
persatuan dan persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah)
4) Meningkatkan
bidang dakwah
5) Amar
ma’ruf nahi munkar
6) Melaksanakan
kewajiban “Jihad fisabilillah”
7) Melaksanakan
akhlak Islam dan etikanya
8) Menyelesaikan
dengan cara yang Islami
9) Pembinaan
masyarakat Islam
10) Revolusi
informasi
11) Rekonstruksi
ilmu pengetahuan, bila diperlukan
12) Sintesis
pemahaman filsafat perifatetik
b. Mengatasi
factor eksternal, yaitu :
1) Berupaya
menjinakkan musuh dengan cara yang diperbolehkan
2) Mengambil
sikap terhadap badan-badan internasional
3) Mengambil
sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa
4) Perasaan
bangga dengan Dienul Islam
5) Setiap
muslim harus menyiapkan diri untuk memikul kewajiban Islam
6) Membentuk
rumah tangga muslim yang sakinah
Daftar Pustaka :
Shobron,
sudarsono. 2012. Studi Islam 3. Surakarta : LPID UMS