Mei 11, 2014

Rangkuman Kuliah Studi Islam 3

Integrasi dan Keilmuan

" Sains dan Teknologi "






A.      Batasan Sains dan Teknologi
Ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala isinya. Menurut Baiquni (1996), sains adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar. Konsensus yaitu kesepakatan pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh dari observasi gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical sciences) yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di alam.
Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan, atau menurut istilah Baiquni (1996), yaitu himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains dalam kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi mempunyai 4 (empat) bentuk, yaitu technoware, humanware, inforware dan orgaware. Technoware adalah teknologi dalam bentuk barang. Humanware adalah teknologi dalam bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, intuisi dan lain-lain. Inforware adalah teknologi dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal profesi, buku-buku iptek, dan lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.

B.       Sunnatullah
Adapun hukum/aturan Allah (Sunnatullah) dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
Pertama, ayat qauliyah adalah hokum Allah yang tertulis atau diwahyukan (tersurat). Secara khusus, hokum Allah ini diberikan melalui jalan resmi. Artinya, secara langsung Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul. Ayat qauliyah ini terhimpun dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Karena ayat qauliyah ini merupakan informasi yang datangnya langsung dari Allah SWT. Melalui malaikat Jibril dan diwahyukan kepada para Rasul, maka ayat ini merupakan system/konsep bagi kehidupan manusia. Kebenaran sunnatullah bersifat kualitatif dan dedukatif. Artinya, secara kualitas dan secara lengkap ayat qauliyah ini benar, dibuktikan atau tidak kebenarannya mutlak. Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia terhadap ayat qauliyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu yang disebut ‘ulum naqliyah atau ‘ulum syar’iyah; seperti ‘ulumul-Qur’an, ‘ulum al-Hadist, usul fiqh, sirah al-Nabawiyah, dan sebagainya.
Kedua, ayat kauniayah adalah hokum Allah yang tidak tertulis atau tidak diwahyukan (tersirat). Secara umum, hokum Allah ini diberikan melalui jalan yang tidak resmi. Allah memberikan ilham kepada manusia secara inderawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyirah) untuk mengungkap gejala-gejala/fenomena kauniyah. Fenomena kauniyah ini terdapat di alam semesta, baik dari benda mati (abiotik) seperti: tanah, air, benda angkasa, dan lain-lain. Dan makhluk hidup (biotik) seperti: manusia dan binatang. Ayat kauniyah ini hanya merupakan sarana bagi kehidupan manusia (wasail al-hayah). Karena didapatkan melalui penelitian dan observasi, maka kebenarannya bersifat kuantitatif dan induktif. Artinya, kebenarannya tidak lengkap dan relatif, dapat berubah-ubah tergantung kuantitas/banyaknya data dan fakta yang mendukung. Oleh karena itu kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu secara empiris dan observatif dengan percobaan-percobaan laboratories. Kebenaran hokum Allah ini bersifat praktis (al-haqiqah al-tajribiyah).

C.      Landasan Filosofik dalam Ber-Iptek
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Al-Qur’an juga merupakan produk iptek Allah yang diturunkan kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur riset yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Disini fungsi Al-Qur’an sebagai hudan memberikan kecerahan pada akal manusia, sehingga manusia merasa lapang dihadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil riset ini dapat diukur dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang sangat besar.
Oleh karena itu, usaha terus menerus untuk mengkaji al-Qur’an perlu dilakukan dan bahkan hukumnya menjadi fardlu’ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam semesta, menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari orang-orang yang taat kepada tata tertib al-Qur’an. Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi sebagai alat yang dipergunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyal informasi yang diperoleh. Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu kepada orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga baginya benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar, dan sebaliknya manusia merupakan makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia sebagai khlaifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi.

D.      Ayat-ayat Qauliyah dan Kauniyah
1.      Ayat/Fenomena Kauniyah
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus hidrologi” atau sirkulasi air (hydrologic Cycle). Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas matahari, sehingga air yang berada di laut, sungai, danau dan tanah mengalami penguapan ke udara (evaporation), dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transipiration), sehingga dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uap air tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dingin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat angin, berkumpulah awan dengan ukuran tertentu dan terbentuk awan hujan, karena pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan (presipiration).
Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan tanah sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap ke dalam tanah (infiltration). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan (depression storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi limpasan-permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir ke laut. Sedangkan air yang terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat mengalir lateral dilapisan tidak kenyang air (unsaturated Zone) sebagai aliran antara (subsurface flow/interflow). Sebagian yang lain mengalir vertical yang disebut dengan “perkolasi” (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer). Air dalam akifer ini akan mengalir sebagai air tanah (groundwater flow/base flow) ke sungai atau ketampungan dalam (deep storage). Siklus hidrologi ini terjadi terus menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.

2.      Ayat/fenomena Qauliyah
Pada “siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling berkaitan, yaitu :
a.       Hujan/presipitasi
b.      Penguapan/evaporasi
c.       Infiltrasi dan perkolasi (peresapan)
d.      Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface rzrnoff)
Dengan demikian bahwa kajian ayat-ayat qauliyah di atas meliputi adanya empat proses yang saling berhubungan dan mengikuti suatu sunnatullah “daur” yang terus menerus tidak terputus, seperti lingkaran setan yang disebut sebagai “siklus hidrologi”.


E.       Konsepsi Tentang Alam Semesta
Isac Newton seorang ahli fisika mempunyai konsepsi tentang alam semesta, yaitu bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga; sebab kalau ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik gravitasi dari satu sisi saja, yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga lama kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Karena kecenderungan semacam itu tidak pernah tampak pada pengamatan, maka orang berkesimpulan bahwa ala mini tidak terbatas.
Kalau kita bandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam semesta itu dengan ajaran al-Qur’an, kita dapatka dalam surat al-Anbiya (21) ayat 30. Keterpaduan ruang dan materi yang dinyaakan pada ayat tersebut, hanya daoat kita fahami jika keduanya berada disuatu titik, titik singularitas yang merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi dalam suatu ledakan dahsyat atau “dentuman besar” yang melontarkan materi keseluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan sangat cepat sehingga tercipta “universum yang berekspans”.

F.       Kemunduran Umat Islam dalam pengembangan Iptek
1.      Aspek Sejarah
Jika dilihat dari sejarah, sebenarnya peranan umat Islam dahulu begitu tinggi di dalam pengembangan sains dan teknologi. Namun pihak muslim sudah ketinggalan jauh dari Dunia Barat, ditunjukkan ketika adanya alih sains dan teknologi peradaban barat sehingga pihak muslim merasa tidak guna lagi untuk mempelajari ilmu pengetahuan Barat. Adanya serbuan Mongol atas Baghdad yang membakar beberapa perpustakaan, menambha kemerosotan kegiatan intelektual, moralpun runtuh sehingga runtuhlah peradaban dan ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam.

2.      Aspek Kekinian
Ada beberapa kendala yang menghambat perkembangan dunia sains dan teknologi di kalangan umat Islam sekarang ini, diantaranya adalah mereka lalai dan mengabaikan dalam memahami serta mengamalkan ajaran Islam, sementara ajaran Islam sendiri sebenarnya menganjurkan umatnya untuk menguasai Iptek.
3.      Solusinya
a.       Mengatasi factor internal, yaitu dengan:
1)      Mengkaji, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebagai pegangan dan manhaj Islami.
2)      Mencari ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya
3)      Menggalang persatuan dan persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah)
4)      Meningkatkan bidang dakwah
5)      Amar ma’ruf nahi munkar
6)      Melaksanakan kewajiban “Jihad fisabilillah”
7)      Melaksanakan akhlak Islam dan etikanya
8)      Menyelesaikan dengan cara yang Islami
9)      Pembinaan masyarakat Islam
10)  Revolusi informasi
11)  Rekonstruksi ilmu pengetahuan, bila diperlukan
12)  Sintesis pemahaman filsafat perifatetik
b.      Mengatasi factor eksternal, yaitu :
1)      Berupaya menjinakkan musuh dengan cara yang diperbolehkan
2)      Mengambil sikap terhadap badan-badan internasional
3)      Mengambil sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa
4)      Perasaan bangga dengan Dienul Islam
5)      Setiap muslim harus menyiapkan diri untuk memikul kewajiban Islam
6)      Membentuk rumah tangga muslim yang sakinah


Daftar Pustaka :


         Shobron, sudarsono. 2012. Studi Islam 3. Surakarta : LPID UMS